Berat ya Menjadi Dewasa?
"Kaka, nanti kalau udah besar jadi dokter aja ya?"
Aku mengangguk. Yang ku tahu kalau pekerjaan seorang dokter adalah pekerjaan yang sangat sangat hebat dan keren. Menyelamatkan orang, menyembuhkan orang, dan yang pasti seseorang yang menjadi dokter harus pintar. Setiap ada orang yang tanya, nanti kalau sudah besar mau jadi apa? Aku menjawabnya dengan,
"Kata Mama, Kaka jadi dokter."
Kata mama.
Waktu SMA-pun aku mengambil jurusan kedokteran dalam pengajuan jurusan kuliah tanpa tes. Karena Mama selalu mengatakan bahwa aku mampu menjadi seorang dokter. Ternyata Tuhan Maha Penyempurna Cerita Hidup setiap hamba-Nya. Sampai tes tulis pun aku masih mengalami kegagalan. Kegagalan pertama yang terjadi terus menerus. Tapi di sini aku masih belum tahu kalau ini adalah proses menjadi dewasa.
Menjalani hidup hampir seperempat abad dengan pekerjaan semi tetap, membuat ku berpikir. Ahh ini toh fase hidup menjadi dewasa.
Ketika kebanyakan orang menjadi dewasa karena membuka buku baru, mendapatkan dunia barunya aku sedari kecil dipaksa untuk melihat dunia baru yang jauh dari orang kebanyakan. Setiap orang seharusnya punya bab kisahnya masing-masing. Mungkin bagian ku sedikit berbeda dari kebanyakan orang-orang.
Apakah sebenarnya menjadi dewasa sebelum waktunya adalah salah satu bagian ku?
Jika iya seharusnya saat ini tidak lagi terasa berat kan? Mengapa rasanya selalu terasa berat dan tertatih? Jika dahulu menginginkan ingin menjadi cepat dewasa! Pokoknya mau cepet gede! Sekarang pas sudah besar melihat anak-anak yang tertawa tersenyum tanpa beban ingin kembali ke masa itu. Menjadi dewasa itu berat. Bukan karena harus berbagi hanya terasa lebih sepi dan semuanya serba sendiri. Apakah ini yang membuat orang memutuskan untuk berpasangan?
Menjadi sendiri itu ternyata semelelahkan ini? Benarkah?
Bukannya akan lebih sulit jika ada dua kepala untuk memutuskan sesuatu?
Inikah salah satu pikiran menjadi dewasa?
Haaaahh... Mengapa menjadi dewasa sangat melelahkan. Belum lagi harus mengerti bahwa sekarang sudah bukan saatnya meminta tetapi memberi. Apa yang harus diberi jika buat diri sendiri saja belum mencukupi?
Sampai kapan semuanya terasa tidak cukup? Apakah dalam kamus kehidupan ada kata cukup untuk diri sendiri? Bukannya sifat dasar manusia itu tidak pernah merasa cukup ya?
Lagi-lagi ini salah satu pikiran menjadi dewasa. Menjadi dewasa berat ya? Terlalu banyak yang dipikirkan, terlalu banyak sikap-sikap dan muka-muka yang tidak ku mengerti dan dipaksa untuk mengerti. Banyak perasaan baru yang harus ditelaah dan dicari tahu maknanya apa.
Kesannya menjadi dewasa itu menakutkan ya? Takut atau tidak, berat atau ringan ssemuanya tetap terus berjalan kan? Walau terasa berat pasti ada satu hari yang terasa ringan.
Bolehkan sesekali bersandar dan mengatakan 'Menjadi dewasa berat ya?'

0 comments: