Pizza

15:18 LuqyLugy 0 Comments


Saga baru saja mandi dan bersiap-siap akan tidur ketika ada suara bell apartemennya bunyi. Dia mengernyitkan keningnya siapa yang ke apartemennya. Bahkan sekarang hampir tengah malam. 

Saga mengintip pada intercom dan melihat perempuan dengan hoodie yang amat familiar. 

“Dee?” 

“Pizza?” Sahut perempuan itu dengan menenteng sebuah pizza di tangannya. 

“Ini udah mau tengah malem!” Saga membuka pintu apartemennya agar perempuan itu bisa masuk. 

Dee menggembungkan kedua pipinya, “Yaudah aku pulang aja.” 

Saga meoleh ke belakang, “emang aku bolehin?” 

“Kamu marahin aku.” Dia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Matanya sudah dipasang sesedih mungkin. 

Saga menghampirinya lagi dengan sebuah senyuman yang dibuat-buat, “Aku gak marahin kamu sayang. Ayok masuk.” 

Dee tahu itu, dia hanya iseng pada Saga. Dalam hatinya dia tertawa. 

“Kamu ke sini pake apa?” Saga sudah siap kalau perempuan yang sedang menghabiskan pizza itu akan menjawab di luar nalarnya. 

“Mobil.” Jawaban normal yang keluar dari mulut Dee.

Saga mengernyit aneh, “Tumben.” 

Dia sepertinya harus mengganti pertanyaan untuk perempuan ini.

“Sejak jam berapa keluar pake mobil?” 

“Hmmm…” dia berpikir. 

Oke here we go… 

“Jam 8?” Kali ini Dee sendiri menjawabnya tidak yakin. 

“Kamu kalo 4 jam di jalan udah sampe Bandung.” Saga sebenarnya kesal hanya saja dia menyembunyikan agar Dee bisa bercerita. 

“Tadinya sih aku mau ke Bandung.” 

“Ewww… biasa aja Mas, ntar keluar matanya. Aku susah masukinnya lagi.” Kata Dee yang melihat reaksi Saga. 

“Jangan bilang-“ 

“Iya pernah. Di Bandungnya cuman sejam apa ya? Terus balik lagi sampe sini pas orang berangkat kantor gitu.” Dia tersenyum. 

“Deee….” Saga khawatir kali ini. 

“Itu makanya aku gak ke Bandung. Nanti Mas Saga bisa berubah jadi Bang Mahe.” 

Saga tersenyum kali ini. Dia merentangkan tangannya yang langsung di sambut oleh Dee. 

“Hehehee peka.” Ucap gadis itu. 

Sekarang Dee sudah berada di dalam pelukan Saga. Badan Saga yang lebar seolah bisa dijadikan selimut bagi Dee. Nyaman, hangat. Dia sayang sekali sama Saga. 

“Jadi kapan ceritanya?” Tanya Saga. 

Dee melepaskan pelukannya, “Ini mau cerita Mas Saga ku sayang.” 

Saga tersenyum.

Oke kali ini mereka sudah duduk berhadapan. 

“Aku punya sahabat dari kecil perempuan semua. Mereka kayak the only one sister that I have. Kamu tau kan aku gak gampang bisa temenan sama perempuan. Aku lebih banyak temen laki-laki. Mereka yang bisa aku curhatin. And then we grow up things change.” Dee tersenyum tapi yang dilihat Saga kali ini senyuman yang berbeda ada penyesalan di dalamnya. 

“Aku kayak udah gak fit di sirkel itu lagi. Udah sering sih, cuman aku baikan terus nerima lagi. Aku berusaha berubah. Tapi mungkin aku gak berusaha kali ya? Padahal aku kangen mereka banget. Aku nawarin mereka buat kumpul di apartemen aku mereka gak ngasi kepastian. Aku tau sih apart ku itu jauh dari tempet mereka kerja. Jadi mungkin mereka mikir-mikir juga. Aku coba tawarin nginep gak di read. Aku salah ya?” Dee menatap Saga dia ingin menangis. Dia berharap bisa nangis. Tapi sama sekali tidak ada air mata yang jatuh.

Sejak berkeliling-keliling tadi juga dia sangat ingin menangis tetapi dia tidak bisa menangis. Rasa sesak di dadanya juga tidak bisa dihilangkan. Apakah dia yang salah? Harus usaha yang kayak gimana lagi supaya semua balik kaya dulu?

“Aku mau kayak dulu aja sih. Tapi kalo gak bisa juga gapapa, aku coba biasain. Aku gak terlalu sensitif, walau aku tahu maksud mereka.” 

You’re not okay.” Ucap Saga akhirnya

I am.” 

“Mau bolos aja besok? Kita main ke dufan?” 

Dee menggelengkan kepalanya. Saga menggenggam tangan yang sejak tadi tidak bisa diam. 

“Sayang… kita ke Bandung?” Tawar Saga

“Sekarang?” 

“Iyaa”

Dee langsung bergegas mengambil kunci mobilnya. Saga tersenyum melihat tingkah gadisnya itu. Seolah yang dia ceritakan tadi hanya angin lalu.

“Tapi Dee baikan?” 

So much better. Makasih Saagggggaaaaa” cium Dee di pipi Saga. 

“Pipi doang nih?” Tanya Saga

“Gak jadi pergilah kita.” 

Saga cekikikan, “Canda sayang”

- fin.

0 comments: