How Much I Fucking Miss You

15:51 LuqyLugy 0 Comments


Kata orang bagaimana bisa merindukan orang yang saat ini berada di dekat kita. Bisa. Sangat dan sangat Bisa. 

Melihatnya serius sambil menikmati drama series yang sedang diikutinya membuat aku kesal. Mungkin sudah mulai terlihat cara kami menikmati waktu bersama-sama, berbeda. Setahun menjalani hubungan dengan laki-laki ini banyak yang ku ketahui cara berkomunikasi kami sedikit berbeda, jenis makanan yang kami minati, bahkan acara tv ataupun genre film kami berbeda.

Seperti saat ini dia sedang asik dengan series drama yang ada di netflix sementara aku mencoba mengikuti genre drama ini yang semakin ku ikuti membuat ku semakin bertanya-tanya dan sedikit mengantuk. 

"Jadi dia ini difitnah? nanti mati ga dia?" 

"Ihhh... tuhkan lagian ngapain pergi sih." 

"Anaknya gimana? mati?" 

"Wahhh mati tuh istrinya, matiiii. Duh ditembakkan Babe?" 

Dan atas pertanyaan-pertanyaan atau komentar aku, dia hanya menjawab, "Ga tau sayang. Ini kan pertama kali aku juga nonton." 

Aku menatapnya sebal. Yaiyaaaaa, pertama kaliii... At least ikut komen atau apa gitu??? "Kan bisa bilang, yah mati dia. Mati deh istrinya." Ikut nebak kek. Namun aku tau, yaaa... ada hal tentang aku yang tidak dimengerti olehnya. 

Tapi sekali lagi, akhir-akhir ini aku merasakan kami sangat-sangat bertolak belakang. Haaa... Akhirnya aku hanya memutuskan untuk membaca novel di ipad ku.

Sifat introvertnya tidak cocok dengan sifat ekstrovert ku. Aku merindukan dia yang dulu. Alasan aku mempertahankan hubungan ini mati-matian. Hidup di dunia masing-masing sambil tetap berpegangan tangan, itu yang kami lalui saat ini. 

Meminta sedikit waktunya membuat ku merasa bersalah. Marah karena menurut ku dia lah yang salah, membuat ku merasa bersalah. Banyak akhirnya perasaan-perasaan yang terasanya memberatkan hari-hari ku. Harus kah ku sudahi ini? 

Namun suatu hari sebanyak itu pikiran-pikiran untuk mengakhiri hubungan ini. Dia menelfon dengan ceria. Ahhh... senyuman itu yang ku rindukan. Ahhh... tatapan itu yang dahulu lebih sering menatapku. Caranya membercandai situasi yang tidak bisa dijelaskan ini membuat aku ikut tertawa. 

Mana lelah ku? Mana amarah yang ingin meninggalkan dia itu? Dasar lemah. 

Aku memiliki hampir 24 jam waktu ku untuknya. Hanya saja saat ini, dia tidak. Aku bukanlah prioritasnya. Aku adalah suatu hal yang masih bisa dikesampingkan. Aku adalah sosok yang bisa ditunda sementara untuk dia urus. Atau... aku adalah sosok yang sedang ingin dilepaskan sementara karena dunianya sedang terlalu berat. 

Sementara aku? aku adalah aku yang dengan senang bergerak kesana kemari, menuntut perhatiannya yang aku tahu kalau tidak bisa. Kali ini aku harus banyak mengalah. Dunianya sedang sangat berisik dan berlalulalang membutuhkan dia. Aku tidak bisa banyak membantu. Membantunya dengan diam dan menunggu. 

Dua hal yang ku benci. Sampai semua urusannya selesai yang ku takutkan aku hanya hilang. Entah karena aku lelah menunggu dan berdiam diri. Atau aku sudah menyerah dengan keadaan, karena ternyata terasa lebih ringan jika sendirian. Kembali ke rutinitas ku untuk tidak berharap. Tidak lagi merindukan sosok yang dahulu dengan setia menggenggam tangan ku. 

Aku merindukannya. Berkali-kali aku mengatakan aku merindukannya. Dia tidak kembali. Baginya sulit untuk menemukan dirinya yang itu. Namun wajar, jika aku menjadi dia mungkin aku tidak akan memberikan kesempatan. Tapi bagaimana jika dia menjadi aku? apakah dia sanggup?

Setiap malam yang aku lakukan adalah membaca celotehan celotehan kita yang dahulu. Dia yang begitu aku cintai. Dia orang yang begitu aku usahakan. Dia orang yang aku pertahankan. 

Benarkan manusia itu dinamis. Pasti berubah, aku hanya lupa mempersiapkan diri ku, ketika aku jatuh terlalu dalam dan dia berdiam diri hanya menatapku. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Lebih memilih untuk berdiam diri. Tak apa, aku pun berdiam diri atas luka karena ku terjatuh. Ku diamkan, yang ku perlukan hanya beristirahat. 

Entah topeng yang mana yang sedang digunakannya aku tetap menyayanginya. Aku selelau menyayanginya. Aku lelah, tetapi aku tetap menyayanginya. Aku ingin berpisah tetapi aku tetap menyayanginya. Dia menyebalkan tetapi aku tetap menyayanginya. Aku terluka tetapi aku tetap menyayanginya. Aku menyayanginya. Aku sangat menyayanginya.

0 comments: