Curcol : Norwegian Wood
Halloooooo! Happy beautiful dayyyy~
Kalo ini gue mau bahas Norwegian Wood karya Haruki Murakami, tapi kangen juga ya bahas film. Kira-kira yang seru bahas film apa yaak? But first let me talk about this book.
Norwegian Wood adalah buku pertama karya Haruki Murakami yang gue baca. Satu kata, buset. Yas. Buset. Buku ini termasuk kategori U 15+ tapi menurut gue harusnya 21+ gak sih? wkwkwkwk.
Cuman setelah gue cerita ke salah satu temen yang juga suka baca buku Haruki Murakami, katanya emang gaya penuliasan beliau kayak begini. Yap full of explicit words. Emmmm... vulgar banget, a lot of sex. Yap.
Gue baca buku ini tiga bulan wkwkwkw lama banget yaaa. Tapi iya, buku ini kayaknya cocok buat sekali duduk. Walaupun berat, jujur gue nulis ini juga gue belum bisa nerima buku ini mau sampein apa. Tapi gue tau kalau buku ini salah satu buku yang bahas suicidal thought. Maka dari itu buku ini agak lama buat gue baca. Selain banyak adegan 21+ nya banyak juga pembahasan deep talk yang mengarah ke suicidal thought. Tokoh-tokohnya juga berkenaan dengan kesehatan mental.
Main tokoh dari buku ini adalah Watanabe dengan cinta pertamanya yaitu Naoko yang mana juga ini merupakan pacar sahabatnya, Kizuki. Kizuki yang tiba-tiba ninggalin Naoko dan Watanabe dengan cara mengakhiri hidupnya sepihak tanpa ada penjelasan apapun membuat luka yang besar buat Naoko.
Ada di satu sisi pas gue baca buku ini kayak melihat cerminan dari kehidupan sosial yang ada saat ini. Karena yang gue liat apalagi dalam situasi pandemi ini banyak orang yang tertekan, dalam hal tertekan ini di setiap zaman kehidupan kayaknya sama. Walaupun case penyebab tertekannya orang itu beda-beda.
Norwegian Wood bercerita bagaimana akhirnya Watanabe menghadapi itu semua dengan seks bebas, pelarian ke perempuan lain, sampai akhirnya kembali ke Naoko. Kehidupan yang monoton tetapi berjuang untuk sosok perempuan yang juga sedang berjuang untuk sembuh.
Ada banyak tokoh yang gue suka salah satunya kutipan percakapan antara Watanabe dengan Reiko tentang keadaan Naoko.
"... Katakanlah semuanya dengan jujur. Itulah yang terbaik. Meskipun hal itu akan melukai hati masing-masing, atau seperti tadi, membuat emosi seseorang menjadi tegang, kalau kita melihatnya ke depan, itulah cara terbaik. ..."
Reiko ini salah satu teman sekamar Naoko di 'tempat penyembuhannya' yang sudah cukup berumur. Sosok Reiko diceritakan amat sangat mengerti kondisi Naoko dan juga sebagai salah satu yang memberikan pengertian, update mengenai keadaan Naoko ke Watanabe. Dia juga merupakan salah satu tokoh jembatan yang membuat gue sedikit mengerti akan cerita ini.
Satu lagi kutipan kata-kata dari Reiko yang menurut gue relate banget sama sepanjang hidup, ketika lo lagi ada masalah,
"... Jangan tergesa-gesa. Meskipun persoalannya sangat kusut berbelit-belit dan sulit ditangani, kamu tidak boleh putus-asa atau memaksakan diri untuk meluruskannya secara paksa dengan amarah. Kamu harus punya tekad untuk menyelesaikannya secara perlahan, urai satu demi satu. Secara cermat ya, bisa?"
Selama baca buku ini ada beberapa part yang bikin gue sadar kalau memang di setiap masalah gue harus lebih banyak diam buat mikir ke depannya bakal seperti apa. Gue harus perlahan banget mengurai itu satu-satu. Sama seperti sekarang ini korona dengan segala dramanya.
Ngebaca buku ini gak bikin gue tambah waras. Gak kayak dua buku sebelumnya he he he. Dan baca ending dari buku ini buat gue "HAH? APA-APAAN NIH?"
Ini buku sangat mencerminkan kehidupan sosial Jepang yang kalo gak salah gue baca tingkat bunuh dirinya sangat tinggi. So, bisa jadi buku ini cerminan dari itu juga. Karena sebenarnya gue sedang mempercayai setiap pintu masuk pasti ada pintu keluar. Setiap ada masalah pasti ada jalan keluar kadang sebuah jalan keluarnya komunikasi dan kejujuran. Terlalu banyak memendam dan memikirkan nasib orang menganggap bahwa keputusan kamu merahasiakan masalah adalah bagian dari yang terbaik bagi hidupnya menurut gue enggak. Karena dasarnya yang memutuskan itu baik bagi dirinya sendiri adalah dia, dirinya sendiri.
Hemmm. Mungkin segitu dulu? hahahaha. Yap gue kayaknya harus ngulang lagi baca buku ini. Tapi tidak dalam waktu dekat ini. Gue juga ada rencana buat beli buku Haruki Murakami yang lainnya. But sekali lagi bukan dalam waktu dekat ini.
Semoga suka yaaaaa. See you minggu depan!
0 comments: