Kita Bangun Rumah Berisik Itu

19:17 LuqyLugy 0 Comments


"Nanti kita bangun rumah yang seru itu. Mungkin akan berisik, tapi aku harap keberisikan itu yang buat kamu rindu. Berisiknya rumah itu yang akan selalu membuat kamu merasa cukup. Kalau kita, cukup. Berisiknya rumah itu yang membuat kamu bertahan. Dan aku pastikan ga akan ada rumah lain yang seberisik rumah itu dan hanya rumah itu yang membuat kamu nyaman. Aku janji." 

Baru beberapa menit mungkin kamu pergi sejenak, aku sudah merindukan mu. Padahal, aku sedang melihat punggung mu yang sedang mengantri eskrim cokelat vanilla untuk ku. Kenapa yaa jatuh cinta bisa senorak ini? 

Kamu dengan topi hitam juga baju kaos lengan panjang yang senada dengan topimu mengantri satu buah eskrim cone dua rasa diantara bapak-bapak dengan anak kecil juga remaja-remaja. Ingin ku hampiri kamu tetapi rasa berat dan panas kota ini membuat aku bertahan untuk berteduh di dalam cafe tempat kita sebelumnya mengobrol. Raut muka mu perlahan mulai terlihat kesal karena si penjual lebih dulu memberikan kepada anak kecil yang sudah mulai rewel. Tidak lama kamu menghampiri ku dengan membawa pesanan eskrim yang ku pinta dan aku keluar dari cafe itu dengan dua buah cup kopi di tangan ku. 

"Panas ya?" Tanya ku padamu. 

Kamu hanya memberikan raut muka, pertanyaan bodoh macam apa itu

Aku tertawa kecil, "Maaf deh, maaf. Membahagiakan orang terkasih itu pahalanya besar tau." 

"Kata siapa?" Eskrim yang sejak tadi kamu pegang kamu tukar dengan salah satu cup kopi yang sedang aku pegang. 

"Aku lah. Kan tadi aku yang ngomong." Jawab aku penuh senyuman sambil mulai memakan eskrim itu. Dingin, memang keputusan yang tepat untuk membeli eskrim. Namun tidak dengan antrinya. 

Mendegar jawaban ku hanya kamu balas dengan ekspresi menyebalkan. Kita berjalan berdampingan dengan tanganmu yang bebas merangkul pinggang ku. 

"Kamu tuh yaa, aku ga dibagi loh eskrimnya padahal aku yang antri, seenak itu yaa Sayang?" protes mu. 

Kita sedang menyusuri jalan yang teduh dengan gedung-gedung bergaya eropa yang tenang. Hanya beberapa kendaraan yang lewat, lebih banyak pejalan kaki dan orang-orang bersepeda. Kamu sangat menyukai tempat ini. 

pict from Pinterest

Lagi-lagi celetukan mu selalu berhasil membuat aku tertawa kecil, "Aku mau nawarin kamu kok, tapi kamu bilang begitu yaudah buat aku aja semua. Padahal eskrimnya enak loh." 

"Heii..." kamu menghentikan langkah kita. Aku tertawa lalu memberikan eskrim yang sejak tadi berada di tangan ku.  

"Aku suka yang vanilla, cokelat kayaknya buat kamu aja." 

"Aku suka semuanya, nanti antriin lagi yaa?" 

"Tidak, cukup sekali saja Sayang. Besok-besok lagi. Gula. Hari ini loh kamu udah kopi, eskrim juga, aku kayaknya belum liat kamu minum air putih hari ini." 

Dan dimulai lah ceramah serta protes-protesmu. Aku selalu merindukan hal-hal kecil dan protes kamu soal air putih, kopi bahkan jam makan ku. Aku merindukan mu. Aneh yaa, kamu saat ini berada di samping ku, tapi aku merindukan mu. Seolah kamu telah pergi begitu lama dan aku baru saja bertemu dengan mu. Kamu-nya aku. 

Aku tersenyum, "Iya, nanti sampe rumah aku minum air putih sebotol penuh." 

"Ah... sampai rumah aku bakal cium-cium manusia kecil kita. Padahal ga ada setengah hari kita ninggalin dia tapi aku udah kangen banget sama dia." 

"Sayang, tolong fokus. Kita lagi kencan. Si kecil bawel itu juga paling lagi main sama nenek kakeknya." 

Kamu tertawa membayangkan tingkah malikat kecil kita yang mungkin sekarang sedang membuat pusing nenek dan kakeknya. 

"Bawelnya dia kan dari kamu." ahh... senyum itu. Senyum sayang yang selalu kamu tunjukkan hanya untukku.

"Papanya ikut berkontribusi sedikit yaa..." sambil manyun aku memprotes. 

"Papanya kalem gini kok." 

Mendengar itu aku hanya mampu memberikan ekspresi tidak percaya, "Oke deh yang kalem banget." 

"Hahahaha" Kamu tertawa sambil memeluk dan mencium sisi kepala ku. 

"Aku kangen deh kita begini." Kata mu. 

"Aku juga kangen, kapan yaa terakhir kita kencan begini?" 

"Udah lama banget deh kayaknya, Sayang." 

Sekarang aku sadar kenapa aku merindukan lelaki ini. Kenapa aku merindukan manusia yang sangat aku sayangi ini. Aku merindukan momen dan sosok yang selalu memenuhi hari-hari ku beberapa tahun belakangan ini. Rindu kebersamaan yang hanya ada aku dan dia. Dan sekarang aku mulai merindukan keberisikan manusia kecil kami... 

Getar telfon genggam ku menandakan panggilan video dari Bunda, langsung saja aku angkat dan langsung dipenuhi oleh muka malikat kecil ku, 

"Yaampun kenapa tuh idungnya berubah jadi tomat?" Tanya ku santai pada manusia bawel cerminan aku. Namun bentuk muka dan mata sangat mirip dengan papanya. 

"Ma.. Paa... manaaa?" 

Umurnya baru dua tahun setengah baru bisa bicara sepatah dua patah kata tapi sudah bisa memprotes, mengomel dengan kata-kata yang belum terlalu jelas. 

"Kencan dong." Jawab ku dengan nada sombong sambil merangkul lengan papanya. 

"Yaaa.. kuttt, Mah..." Terdengar suara isakan yang akan mulai mengencang, benar saja dia sudah mulai berteriak. Lalu berganti dengan neneknya sementara malaikat kecil ku diambil alih dengan digendong oleh kakeknya.

Aku cekikan sementara kamu berkomentar, "Jangan diisengin anaknya." 

"Kalian gausah cepet pulang tuh dah mulai anteng lagi sama kakeknya." 

"Gak kok Bund, ini bentar lagi kita pulang." Bukan aku yang menjawab tapi kamu yang ku yakin tidak tega melihat malaikat kecil mu dengan hidung tomatnya. 

Mulai terdengar celotehan dia yang bercengkrama dengan sang kakek. 

"Ni pa, Kek?" "Cing, siniiii, mainn..."

"Bun, aku mau ngobrol sekali lagi dong sama dia." Pinta ku pada Bunda. 

Layar telfon itu kembali menunjukan perempuan kecil ku. 

"Yaayaaa... mama pulang yaahh. Mau apa, Sayang?" tanya ku. 

"Escim oklat oyeh, Mah?" 

"Boleh nanti Papa yang beliin." Jawab lelaki yang berada disamping ku ini. 

"Ote, Ya sayang Paah" Dia memeluk leher kakeknya seolah yang sedang ia peluk adalah sang papa. 

"Mama engga?" Protes ku pada malaikat kecil ku. 

Dia tertawa, "Yaa sayang Mah uga" suaranya terdengar lebih meyakinkan dan sangat ceria.  

Aku tersenyum lalu melambaikan tangan dan menutup telfon. 

"Aku kangen banget sama dia. Yuk beliin eskrim terus kita pulang. Dia meluk kakeknya tuh kenceng banget. Berarti dia sayang banget sama aku." 

Aku tersenyum bahagia dan langsung mengiyakan. Sungguh sangat beruntung dilimpahi banyak kasih sayang olehnya. Terima kasih Tuhan. 

Aku sudah membayangkan kalau rumah kami kedepannya akan sangat berisik. Setidaknya sekarang sudah mulai terasa kalau ini sudah akan sangat berisik. Dalam hati ku berdoa semoga keluarga kecil ini akan selalu dipenuhi berkah yang melimpah dan dipertemukan dengan jalan yang mudah. 

0 comments: