Manu-manu-sia.

15:18 LuqyLugy 0 Comments

 
Jikalau hidup lebih lama maka aku akan memilih untuk tidak memilih. 
Tapi, ini hidup. Riuhnya hidup yang akan ada karena bagai macam jalan yang telah dipilih. 

Banyak manusia-manusia berlalulalang. Tidak, kali ini aku tidak di pinggir pantai dengan rintik hujan yang membuat kita tidak dapat menikmati langit senja. Seperti kebiasaan yang selalu kita lakukan. Manusia-manusia itu berlalulalang di dalam kepala ku. 

Tiap manusia-manusia mengusik duniaku datang, maka suara yang terdengar adalah suara mu. "Tenangkan pikiran mu, Sayang." 

Bukan warna yang ku tulis dalam lembar hidup. Kali ini goresan-goresan yang menyayat lebih banyak ku tulis. Bukan lagi pensil warna yang halus yang kugunakan, pisau tajam yang menggantikan mereka. Anehnya, lembar-lembar itu perlahan berganti tidak lagi kertas yang gampang tercabik-cabik jika bertemu dengan pisau. Lembar kayu yang keras dan kokoh tempat aku menulis. Melelahkan, terkadang kamu ikut membantu ku menulis, manusia-manusia lainnya juga. 

Namun kali ini aku menyerah... 

Jika (maaf harus memakai kata jika), aku bisa memilih aku sudah lelah. Ingin mengakhiri semuanya. Mengatakan ke orang-orang, aku milik kamu, aku punya kamu, kamu adalah orang yang aku sayang. Hanya saja sepertinya itu adalah angan semu. Aku berada di titik terlelah ku, mendengar suara bising perkataan manusia-manusia itu. 

Kali ini kamu tidak lagi berpartisipasi dalam salah satu orang yang menggenggam tangan ku. Kamu salah satu orang yang terdengar diantara manusia-manusia itu. Sebegitu kuatnya yaa berpisah dari ku? Sebegitu kerasnya berusaha untuk menghilang dari aku? 

Ingin rasanya aku berteriak satu-satu pada manusia-manusia yang ada di dalam pikiran ku. Aku kah yang mau ini semua terjadi? Aku kah yang disalahkan? Disaat semua orang menyalahkan aku, aku berharap (mungkin ini harapan ku yang paling bodoh) kamu ada di samping ku, menghalau suara-suara itu. 

Pada akhirnya, tidak ada... yang terdengar adalah suara kamu yang semakin besar menyalahkan aku, membenarkan apa yang diteriaki oleh manusia-manusia itu. Aku kah kembali salah? Aku lagi yang harusnya mengalah? Aku lagi yang harus mundur? 

Tidak bisa kah, aku mendapatkan dekapan mu dalam satu hari penuh. Hanya kita? dunia hanya berisi tentang kita. Aku dan kamu. 

Tidak. Karena sebelum dunia seriuh ini, tempat kita tidak pernah ada lagi. Kita... ntah berada dimana? tersesat di dalam jalan yang kita lalui. Gelap, hingga genggaman itu terlepas dan sibuk dengan jalan gelap. 


Sendirian. 






0 comments: